Memperbaiki Kesalahan Murid (1)

Kesalahan yang dilakukan oleh seorang siswa adalah hal biasa. Maka, jika seorang guru mampu memperbaiki kesalahan itu dengan cara yang benar, ilmiah dan dapat melahirkan pengaruh positif bagi siswa, pada gilirannya si siswa akan dapat mengambil pelajaran dari kesalahannya dan tidak akan mengulang kembali. Kita akan lihat, bagaimana cara Rasulullah memperbaiki berbagai kesalahan.

Dengan teguran secara langsung
Diriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah r.a., dia berkata, "Waktu kecil aku berada dalam perawatan Rasulullah, ketika itu tanganku memegang-megang makanan dalam wadah, maka Rasulullah saw. berkata, 'Nak ... ! Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di hadapanmu!"

Hikmah dan Pelajaran
  1. Rasulullah makan bersama anak-anak, hal ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional seorang pendidik dengan murid. Beliau mampu berdialog bersama mereka dan meluruskan kesalahan mereka. Dengan demikian, alangkah lebih baik bila ayah dan ibu dapat duduk bersama anak-anaknya ketika makan, hingga seorang anak merasa betapa orang tua sangat berharga buat mereka. Setelah itu mereka bersedia untuk menerima pesan-pesan moral, etika, dan pembekalan iman yang diberikan orang tua kepadanya.
  2. Rasulullah selalu memilih waktu yang tepat untuk memperbaiki kesalahan Abu Salamah, yaitu ketika kesalahan itu dilakukan (terus-menerus), langsung ditegur sebelum kesalahan itu menjadi kebiasaan. Kerena bila suatu kesalahan telah menjadi kebiasaan, akan sulit untuk dibenahi, juga akan membutuhkan usaha sekaligus waktu yang lama. Itu sebabnya, Rasulullah segera membenahi kesalahan ketika kesalahan itu tengah berlangsung. Ini merupakan metode pendidikan yang harus dilakukan oleh seorang bapak juga para pendidik di masa sekarang.
  3. Rasulullah (sebagai seorang pendidik) mengawali tegurannya dengan ungkapan "Nak ...!" Ungkapan ini sangat mengesankan hati Umar bin Abi Salamah r.a. hingga ia lebih dapat menerima nasihat yang diberikan. Hanya saja sangat disayangkan pada saat ini para ibu dan bapak banyak melakukan kekeliruan ketika mereka melihat perangai yang tidak baik pada anak-anaknya. Mereka marah besar dan memanggil mereka dengan panggilan yang buruk. Hal ini, tentu saja tidak diragukan lagi dapat menyebabkan keengganan anak untuk menerima nasihat orang tuanya.
  4. Rasulullah tidak hanya menegur Abu Salamah dengan kesalahan tersebut, tetapi teguran itu dilakukan secara menyeluruh hingga mencakup akar permasalahan, yaitu dimulai dari permulaan makan. Rasulullah saw. bersabda, "Nak ...! Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di hadapanmu." Dengan demikian, bagi orang tua juga para pendidik pada masa sekarang apabila akan menegur kesalahan murid atau anak, hendaklah melakukan pegarahan dari akar permasalahan. Seperti kasus ketika bapak melihat anaknya merokok yang anak pelajari dari teman-temannya, orang tua langsung mengambil rokok itu dari si anak, serta tidak lagi memberinya uang agar tidak dapat membeli rokok juga melarang bergaul dengan teman-temannya. Ternyata, fakta membuktikan cara itu tidak membuahkan hasil.
  5. Dalam memberikan pengarahan, Rasulullah selalu memakai urutan yang benar. Beliau berkata, "Nak ...! Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di hadapanmu." Urutan pertama, membaca basmalah: kedua, makan dengan tangan kanan: dan ketiga, memakan yang ada di depan. Inilah susunan tematis dan ilmiah. Dan susunan ini apabila dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan akan dapat membantu meluruskan kesalahan.
  6. Rasulullah mengikatkan hati si anak dengan akhlak beliau ketika memulai makan. Beliau berkata, "Nak ...! Sebutlah nama Allah." Ini adalah nasihat yang mengarahkan pikiran seorang anak untuk mencintai Allah SWT, dan agar menyadari bahwa Dialah yang telah memberikan rezeki berupa makanan kepada mereka. Jika saja Dia tidak memberi rezeki, niscaya kita akan binasa karena kelaparan dan kehausan. Demikianlah, seorang anak semakin bertambah cinta kepada Allah. Ketika anak telah mencintai Allah, maka ia akan memiliki kesiapan mental dan akal untuk menerima apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Bila demikian, berarti seorang pendidik telah berhasil mengenalkan murid kepada penciptanya.
Sumber: Mendidik Cara Nabi SAW., Najib Khalid al-'Am, Pustaka Hidayah, Bandung, 2002